Laksanakan Pilkada Serentak dengan Aman dan Jujur untuk Membangun Kehidupan Bernegara yang Lebih Demokratis

Sabtu, 24 Februari 2018

Riset Mobil Listrik Nasional Dilanjutkan di Lima Kampus


Bandung, Warta Khatulistiwa
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun ini ingin melanjutkan kembali riset mobil listrik nasional (Molina) yang digarap lima perguruan tinggi negeri. Riset pada 2017 sempat terhenti karena anggaran yang kurang. "Mobil listrik segera diajukan ke LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Kami akan hidupkan lagi," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir di Bandung usai acara diskusi dengan Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, 22 Februari 2018.

Mobil listrik kini tengah digarap tim akademisi dari lima kampus secara terpisah, yaitu ITB, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Surakarta, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kelima kampus itu, kata Nasir, dipilih karena dinilai paling siap untuk menggarap mobil listrik. Program riset itu bersifat penelitian penugasan.

Anggaran riset lanjutan mobil listrik yang diajukan Kemenristekdikti ke LPDP pada 2018 ini sebesar Rp 200 miliar. Namun, alokasinya belum dapat. "Target mobil listrik ini bukan prototype lagi, tapi menuju tahap uji publik dan lapangan setelah 2020," kata Nasir. Alasan lamanya riset mobil listrik ini karena anggarannya besar.

Nasir mengklaim kalangan industri berminat tinggi untuk memproduksi mobil listrik nasional. "Sistem kontrol mobil sudah oke, industri masih tanya soal baterainya," kata dia. Baterai mobil listrik yang diinginkan adalah yang cepat saat pengisian dan berdaya tahan lama ketika dipakai. "Di Finlandia sudah 5-7 menit untuk re-charging. Ini yang ingin diterapkan di Indonesia," ujar Nasir.

Soal motor listrik, menurut Nasir, sudah selesai dan siap masuk ke industri pada 2018 ini. Sertifikasi berasal dari Kementerian Perindustrian untuk material, dan dari Kementerian Perhubungan guna kelaikan jalannya. Selanjutnya, selain penyediaan listrik oleh PT PLN dan lokasi pengisian di SPBU, perlu ada kebijakan baru lagi, yaitu subsidi harga beli kendaraan listrik.

Nasir mengatakan harga kendaraan listrik lebih mahal dibandingkan angkutan berbahan bakar minyak bumi. Jika Presiden mengeluarkan kebijakan subsidi itu, diperkirakan orang akan tertarik. "Motor listrik misalnya jadi Rp 10 juta dari harga Rp 14 juta," katanya.

Tanpa dana pemerintah, ITB pada 2017 melanjutkan riset mobil nasional. Menurut Rektor ITB Kadarsah Suryadi, riset berfokus pada baterai. Tim yang beranggotakan 20-an dosen ITB melakukan penelitian bersama Massachusetts Institute of Technology (MIT). "Riset di masing-masing kampus, tapi komunikasi jalan terus, dan suatu waktu ada pertemuan bersama," katanya.

Kerja sama selama lima tahun itu didanai USAID. Tim ITB berasal dari dosen lintas program studi, seperti Fisika, Kimia, Teknik Mesin, Elektro, juga Teknologi Nano. Target riset menghasilkan baterai yang terbaik untuk mobil listrik, yaitu cepat diisi ulang dan durasi pakainya lama. "Riset baterai kendaraan listrik ini sulit karena teknologi baru," ujar Kadarsah. (tc)



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More